7 Festival Budaya Banyuwangi yang Ditunggu

Diposting pada

Tak cuma sektor wisata alam saja yang terus dikembangkan pemerintah Banyuwangi untuk mendongkrak jumlah wisatawan. Hal yang tak kalah penting, merupakan kebudayaan masyarakat setempat yang terus diberdayakan oleh pemerintah agar dapat dikenal di kancah internasional.

Maka dari itu, jangan kaget dengan agenda Dinas Pariwisata di Banyuwangi yang menggelar hingga 77 festival di tahun ini!

Mulai dari festival seni, budaya, fashion hingga sport semuanya lengkap di sana. Tetapi kalau kamu berminat menonton pergelaran bertema budaya, 7 festival unggulan Banyuwangi ini bisa banget kamu pilih. So let’s check!

Festival Gandrung Sewu

Tari Gandrung menjadi event pertama yang paling ditunggu-tunggu oleh para wisatawan, baik lokal maupun manca. Dijuluki sebagai Kota Gandrung, Banyuwangi serta ikon penari gandrung memang tak dapat dipisah kaitannya.

Kata ‘gandrung’ merujuk pada arti kagum, melukiskan keadaan masyarakat Blambangan yang amat mengagumi dewi yang cantiknya tiada tara, Dewi Sri, yang dipercayai sebagai dewi kesuburan serta kesejahteraan bagi masyarakat agraris.

Konon, Tari Gandrung ini tercipta dari sejarah yang amat panjang serta pilu, yakni ketika pecahnya Perang Bayu antara masyarakat Blambangan melawan kompeni. Dahulu, tari ini digunakan sebagai alat perjuangan masyarakat untuk mendirikan kembali ibukota Blambangan yang porak-poranda. Namun kini, tarian ini lebih dipertumjukkan sebagai bentuk rasa syukur atas panen hasil bumi yang berlimpah.

Festival Gandrung Sewu sendiri merupakan pagelaran tari kolosal yang tak hanya menampilkan keeksotisan karya seni, atau bentuk penghormatan terhadap Dewi Sri saja.

Lebih dari itu, festival akbar ini lebih menyiratkan makna bahwa dalam melestarikan budaya dibutuhkan kerjasama dari semua pihak. Untuk itulah dipilih angka seribu sebagai jumlah penari wanita yang merupakan perwakilan dari seluruh belahan Banyuwangi.

Festival Kebo-keboan Alasmalang

Sudah tradisi bagi masyarakat Jawa untuk menggelar ritual ketika memasuki bulan Suro. Salah satu yang paling unik, adalah ritual kebo-keboan yang sudah turun temurun dilakukan masyarakat Desa Alasmalang.

Kebo-keboan digelar dalam rangka menyampaikan rasa syukur, serta memanjatkan doa agar petani di Alasmalang senantiasa diberi kesejahterann dan panen yang melimpah kedepannya.

Ritual kebo-keboan ini diawali dengan Ider Bumi dengan mangarak manusia yang didandani seperti kerbau, dengan Dewi Sri ditandu mengikuti kebo-kebo tersebut.

Puncak ritual kebo-keboan adalah ketika para manusia kerbau, yang di antaranya telah kerasukan roh, diturunkan ke sawah untuk membajak dan menanam padi. Bibit-bibit padi tersebut oleh masyarakat dipercaya dapat menolak bala, itulah sebabnya banyak penonton yang berebut mendapat bibit tersebut.

Acara semakin seru kala masyarakat yang hendak mengambil padi tersebut lari tunggang-langgang dikejar oleh para kerbau. Walaupun menegangkan, tapi kece banget acaranya!

Banyuwangi Ethno Carnival

Menjadi salah satu dari 10 besar event pariwisata Indonesia terbaik, kamu wajib menonton langsung festival ini setidaknya sekali seumur hidup kalau gak mau rugi!

Banyuwangi Ethno Carnival ini merupakan pagelaran busana etnik Banyuwangi yang setiap tahunnya mengangkat tema seputar kekayaan budaya lokal. Sengaja bahwa kearifan etnik di Banyuwangilah yang dijadikan fokus utama, karena pemerintah setempat menginginkan agar budaya masyarakat Banyuwangi dapat lebih mengglobal.

Terbukti, saat ini pagelaran megah yang menjadi kebanggaan warga Banyuwangi tersebut kini tak hanya diminati oleh kalangan lokal, melainkan wisatawan asing pun turut menanti-nantikan agenda festival ini.

Nah, karena tahun ini BEC sudah digelar bulan Juli lalu, bagi yang penasaran dan ingin melihat langsung, seperti apa sih event Top 10 Indonesia tersebut, pastikan kamu pantengi kabar dan kalender Kemenpar Banyuwangi tahun mendatang.

Drumband Ethnic Festival

Festival Banyuwangi seputar kesenian dan kebudayaan selanjutnya adalah Drumband Ethnic Festival. Yang menjadikan festival drumband satu ini istimewa yakni adanya percampuran musik antara alat-alat modern, dengan alat musik tradisional seperti gendang, angklung, dan rebana.

Bahkan saking uniknya, festival ini sempat menuai apresiasi dari Persatuan Drum Band Indonesia yang tertarik untuk mengglar event drumband nasional di Banyuwangi.

Tak hanya dari segi musik yang unik yang membuat festival ini menarik. Dari sisi kostum, para peserta dari berbagai kategori juga menampilkan pakaian-pakaian adat dari berbagai daerah. Applause untuk pemerintah dan masyarakat Banyuwangi yang sangat antusias melestarikan budaya!

Festival Jaranan Buto

Jaranan Buto asli Banyuwangi memang serupa dengan kesenian jaranan lainnya di Jawa seperti Jaran Kepang jika sekilas dilihat. Namun, terdapat hal yang berbeda dari Jaranan Buto ini, sesuai namanya bahwa penari jaranan didandani menyeramkan menyerupai Buto atau Raksasa, berambut gimbal dan bertaring panjang.

Walau kesenian Jaranan Buto sebenarnya sama-sama bernafaskan mistis seperti Jaran Kepang, namun dalam Festival Jaranan Buto atraksi berbahaya seperti kesurupan tersebut dihilangkan agar acara berjalan lebih rapi.

Kesenian Jaranan Buto sendiri biasanya digelar oleh tim dari berbagai sanggar seni di seluruh Kabupaten Banyuwangi. Jadi, bukan hanya menjadi ajang pengenalan budaya lokal saja, melainkan juga melatih masyarakatnya menjadi kreatif dan inovatif.

Festival Bale Ganjur

Tak cuma Bali yang memiliki kesenian Ogoh-ogoh yang diarak setiap kali Rari Raya Nyepi menjelang. Di Banyuwangi, persisnya di Kecamatan Purwoharjo, masyarakat yang mayoritas memeluk agama Hindu tersebut untuk kedua kalinya menggelar Festival Balaganjur.

Balaganjur berarti pasukan (yang sedang) berjalan, yang mengikuti arak-arakan Ogoh-ogoh. Walaupun adat ini biasanya dilakukan oleh umat hindu, tetapi di Banyuwangi seluruh masyarakat Purwoharjo dari berbagai agamapun turut bergotong-royong untuk menyukseskan festival tersebut. Salut dengan kerukunan masyarakat Purwoharjo!

Festival Keboan Aliyan

Sama-sama merupakan acara kebo-keboan untuk ritual syukur, Kebo Aliyan ini tampaknya jauh lebih bersifat mistis dibanding Kebo-keboan Alasmalang. Bahkan, di malam sebelum pergelaran dimulai, banyak petani dari Desa Aliyan yang sudah kerasukan.

Tak cuma itu, banyak masyarakat Banyuwangi yang tinggal di perantauan menyempatkan diri untuk pulang pada awal bulan Suro, karena takut akan kesurupan di tempat rantau.

Kebo Aliyan ini biasanya diawali dengan mengadakan kenduri di malam sebelum ritual digelar. Kemudian, keesokan harinya dilanjut dengan rangkaian Ider Bumi dan Keboan di sawah seperti yang dilakukan warga Alasmalang.

Nah bagaimana, festival budaya di Banyuwangi keren-keren abis kan? Jadi kalau main ke sana jangan lupa cek agenda festivalnya ya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *